Independen. (Menulis hari ke-17)

Halo. Kali ini gue mau bicara tentang "Independen". Gue paling males dengan orang-orang yang lagi "diatas" terus berlaku semena-mena dengan orang lain. Gue paham bahwa manusia akan cenderung begitu. Tapi, kontrol-lah! Maksud gue, dengan mereka yang "diatas" ini menjadi semena-mena kok beraninya cuman sama yang "dibawah" mereka. Orang-orang "diatas" ini meskipun mereka "diatas" tapi sebenernya mereka gak "diatas". Bagi gue, orang yang layak disebut "diatas" ini adalah orang yang emang beneran "diatas" dan berani ngelawan gitu atau stand for something they fight for. Enggak banyak bacot, nunjukin harta sana sini, terus mau seenaknya sama orang orang lain.

Maka dari itu, gue berpikir bahwa dengan gue independen, gak bergantung sama orang lain, gue jadi bebas untuk menentukan apapun yang gue mau. Tapi, enggak berarti melangkahi orangtua dan adik kakak gue juga, tapi lebih mencoba untuk bebas dari kendali orang-orang "diatas" ini. Gue pengen punya kuasa, untuk menjalani hidup gue sendiri, menderita sendiri, dan bahagia sendiri, tanpa ada campur tangan dari orang lain. Tentu gue masih butuh nasihat atau masukan atau kritik dari orang lain (tentu akan sangat diperlukan untuk pengembangan diri), tapi gue pertimbangkan juga, apakah bagi gue orang ini emang kompeten atau layak dalam bidangnya, jadi gue perlukan nasihatnya, atau tidak. Tidak semua orang juga bisa kompeten dalam memberikan kritik kepada kita, makanya perlu bijak dalam menyaring orang-orang yang mengkritik kita. 

Disini, gue tidak bermaksud untuk melangkahi orang-orang yang sudah bersama dengan gue sejak lahir, tapi emang terlalu banyak di lingkungan gue orang-orang yang merasa "diatas" ini, jadi gue pikir perlu sekali-kali dikasih pelajaran biar ngerti bahwa setiap orang itu punya alasan sendiri kenapa mereka berpegang pada apa yang mereka percaya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mewujudkan Mimpi. (Menulis hari ke-18)

Puasa Sosial Media. (Menulis hari ke-22)

Mendengarkan. (Menulis hari ke-14)